Senin, 07 November 2011

KIR "BUDAYA MENYONTEK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI SISWA"


BAB 1
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG MASALAH
Masalah sumber daya manusia adalah masalah yang sangat penting yang menunjang suatu negara, khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Masalah ini tentunya tak lepas dari bidang pendidikan yang secara umum diidentikkan dengan pendidikan formal yang dilaksanakan di sekolah, dan secara langsung mempengaruhi terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan tersedianya sumber daya yang berkualitas, maka suatu negara akan berkembang secara optimal.
Salah satu tujuan negara Indonesia dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk memperlancar proses pendidikan maka diperlukan suatu wadah atau lembaga yang disebut sekolah. Di sekolah setiap siswa di tuntut untuk  membekali diri dengan pengetahuan akademik yang layak sehingga dapat menembus persaingan yang ketat dan mendapatkan haknya dibidang pendidikan, dan mereka lebih termotivasi untuk selalu berkembang serta meraih prestasi yang gemilang.
Dengan mendapatkan prestasi yang gemilang, seseorang akan dikatakan sebagai siswa yang berhasil dalam menuntut ilmu dan juga akan dicap sebagai sumber daya yang layak dan berkualitas. Namun disisi lain di jaman sekarang ini banyak siswa yang meraih prestasi yang gemilang dengan usaha  yang negatif, salah satunya dengan menyontek.
Menyontek dapat diartikan sebagai perbuatan untuk mencapai suatu keberhasilan dengan jalan yang tidak sah. Menyontek dapat dilakukan dalam berbagai bentuk antara lain, menyalin jawaban teman, mengintip buku teks atau catatan saat ulangan, dan tanya-jawab dengan teman saat ulangan.
Mungkin menyontek adalah kegemaran kebanyakan siswa. Menyontek adalah salah satu fenomena yang sering dan bahkan selalu muncul menyertai aktifitas belajar mengajar sehari-hari. Menyontek seperti telah menjadi kebiasaan para siswa, tidak hanya di Indonesia di luar negeri pun menyontek telah menjadi budaya yang dianggap lumrah, tetapi jarang mendapat pembahasan dalam wacana pendidikan kita di Indonesia.
Kurangnya pembahasan mengenai menyontek mungkin disebabkan karena kebanyakan pakar menganggap masalah mengenai menyontek ini adalah hal yang sifatnya sepeleh, padahal masalah menyontek sesungguhnya merupakan masalah yang sangat penting dan mendasar karena berpengaruh pada masalah sumber daya manusia.
Seorang siswa SMA di Surabaya pernah melakukan penelitian  terhadap teman sekolahnya dengan sampel 7% dari seluruh siswa (lebih dari 1400 siswa). Ternyata ada 80% dari sampel yang pernah  menyontek (52% sering dan 28% jarang). Data ini sungguh memprihatinkan, dan dengan data ini kita sudah cukup mengetahui bahwa perilaku menyontek dikalangan para siswa sudah membudaya.
Mengapa para siswa menyontek? Generalisasinya, untuk bersaing di sekolah agar mendapatkan prestasi yang baik. Banyak siswa yang mencontek pada saat menghadapi ujian. Rata-rata nilai yang didapat oleh para plagiator (orang yang suka mencontek) selalu tinggi dari nilai yang sebenarnya. Apakah nilai palsu inilah yang akan dipertaruhkannya untuk mengukir masa depan, Tanpa mengetahui daya atau kemampuan intelektual yang sebenarnya?
Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai  “BUDAYA MENYONTEK DAN PENGARUHNYA TERHADAP  PRESTASI SISWA”.

B.   RUMUSAN MASALAH
Dari judul “BUDAYA MENYONTEK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI SISWA” dapat di rumuskan masalah:
1.    Apa faktor penyebab siswa menyontek?
2.    Bagaimana pengaruh menyontek terhadap prestasi siswa?
3.    Bagaimana upaya menanggulangi perilaku menyontek ?

C.   TUJUAN PENULISAN
1.    Untuk menjekaskan faktor penyebab siswa menyontek.
2.    Untuk mengetahui pengaruh menyontek terhadap prestasi siswa.
3.    Untuk mengetahui dan menjelaskan upaya menanggulangi perilaku menyontek.

D.   MANFAAT PENULISAN
1.    Memberikan pengetahuan bagi diri sendiri dan juga bagi pelajar lain mengenai menyontek dan pengaruhnya terhadap prestasi khususnya bagaimana cara menanggulangi perilaku menyontek sehingga terbentuk perilaku yang jujur dalam belajar serta akan terbentuk sumber daya yang berkualitas.
2.    Sebagai bahan bacaan bagi guru-guru dan penulis lain yang dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan bahan kepustakaan dalam bidang budaya menyontek serta pengaruhnya terhadap prestasi siswa.
3.    Agar pahak sekolah dan orang tua siswa mengetahui hal-hal mengenai menyontek dan turut membimbing dan mendidik para siswa agar tidak melakukan perilaku menyontek tersaebut.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-3 siswa sama saja dengan murid dan pelajar, yang berarti orang (anak) yang sedang berguru (belajar, bersekolah).
A.   Menyontek
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-3 menyontek diartikan sebagai mengutip (tulisan dan sebagainya) sebagaimana aslinya atau disebut juga dengan menjiplak.
Menyontek memiliki arti yang beraneka macam, akan tetapi biasanya dihubungkan dengan kehidupan sekolah, khususnya bila ada ulangan dan ujian. Biasanya usaha menyontek dimulai pada waktu ulangan dan ujian akan berakhir, namun demikian tidak jarang usaha tersebut telah dimulai sejak ujian dimulai.
Dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia istilah menyontek memiliki pengertian yang hampir sama yaitu “ Tiru hasil pekerjaan orang lain”. Maka dapat disimpulkan menyontek dalam pelaksanaan ujian adalah mengambil jawaban soal – soal ujian dari cara – cara yang tidak dibenarkan dalam tata tertib ujian seperti : dari buku, catatan, hasil pemikiran temannya dan media lain yang kemudian disalin pada lembar jawaban ujian pada saat ujian berlangsung.
            Menurut Deighton (Alhadza, 2004) maksudnya menyontek adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara yang tidak fair (tidak jujur).
            Hal senada di kemukakan oleh Bower (Alhadza, 2004), menyontek adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah/terhormat yaitu untuk mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis.
            Dari teori-teori tentang motivasi, diketahui bahwa cheating atau menyontek bisa terjadi apabila seseorang berada dalam kondisi underpressure (dibawah tekanan), atau apabila dorongan atau harapan untuk berprestasi jauh lebih besar dari pada potensi yang dimiliki. Semakin besar harapan atai semakin tinggi prestasi yang diinginkan dan semakin kecil potensi yang dimiliki maka semakin besar hasrat dan kemungkinan untuk melakukan perilaku menyontek (Alhadza, 2004).
            Salah satu faktor yang mempengaruhi siswa menyontek adalah motivasi berkompetisi dalam prestasi belajar yang ketat. Motivasi Berkompetisi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk memperlihatkan keunggulan masing-masing dan untuk mencapai sesuatu yang terbaik, mencari pengakuan dan kehormatan diri dari orang lain dengan cara memperkecil hasi orang lain, menghindari kerjasama, memaksimalkan hasil pribadi dan menonjolkan diri (Mahzumah, 2004).
Yelon dan Weinstein (Haryono, dkk) mengatakan bahwa pelajar yang mempresepsikan intensitas dalam kelasnya tinggi akan terdorong untuk melakukan perilaku menyontek. Semakin tinggi presepsi pelajar terhadap intensitas kompetisi dalam kelas, semakin tinggi pula kemungkinan perilaku menyontek yang terjadi. Hal tersebut terjadi karena kompetisi menimbulkan suatu tekanan atau dorongan dalam diri setiap siswa untuk mencapai nilai yang tinggi.
Dari beberapa pengertian menyontek oleh ahli diatas maka penulis secara umum menyimpulkan bahwa menyontek adalah perbuatan meniru, atau menjiplak pekerjaan orang lain sesuai dengan aslinya saat ujian yang menyalahi aturan atau pelanggaran yang terjadi saat ujian.
Ada beberapa bentuk perilaku menyontek yang dilakukan kebanyakan siswa antara lain: seorang siswa memindahkan informasi contekan pada kertas kecil, seorang siswa memberikan bantuan kepada temannya sebagian jawabaan dengan berbagai cara, soal ujian yang telah bocor kepada sebagian pelajar, membuat catatan kecil terselip di baju, alat tulis atau meja, mencatat di tangan dan kaki, menggunakan Isyarat tertentu, serta  membuat pengalih perhatian agar pengawas ujian tidak melihat saat menyontek.
B.   Belajar
Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) sebagai berikut :
1) Cronbach memberikan definisi : “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. “Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.
2) Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.
3) Geoch, mengatakan : Learning is a change in performance as a result of practice”. Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.
Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2) dikemukakan bahwalear ning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.
C.   Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-3 prestasi diartikan sebagai sesuatu yang telah dicapai atas segala sesuatu yang telah dilakukan atau dikerjakan. Sedangkan berprestasi berarti mempunyai prestasi dalam suatu hal dari segala sesuatu yang telah dulakukan atau dukerjakan.
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di dalam webster’s New Internasional Dictionary mengungkapkan tentang prestasi yaitu: “Achievement test a standardised test for measuring the skill or knowledge by person in one more lines of work a study” (Webster’s New Internasional Dictionary, 1951 : 20). Mempunyai arti kurang lebih prestasi adalah standar tes untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang didalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar. Dalam kamus populer prestasi ialah hasil sesuatu yang telah dicapai (Purwodarminto, 1979 : 251).
Muray dalam Beck (1990 : 290) mendefinisikan prestasi sebagai berikut :
“To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible”. “Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin”.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menurut Drs. H. Abu Ahmadi menjelaskan Pengertian Prestasi Belajar sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan  untuk menyelidiki,  mengartikan situasi). Disamping itu siswa memerlukan/ dan harus menerima umpan balik secara langsung derajat sukses pelaksanaan tugas (nilai raport/nilai test) (Psikologi Belajar DRS.H Abu Ahmadi, Drs. Widodo Supriyono 151).
Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
S. Nasution berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang peserta didik dalam berpikir, merasa dan berbuat. S. Nasution (1996).
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan
instrumen tes yang relevan.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan- bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.
            Daari beberapa definisi diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai sumatif.











BAB III
METODE PENELITIAN
A.                          Variabel dan Desain Penelitian
1.  Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah “Budaya Menyontek dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi”. Jenis penelitiannya dalah variabel tunggal.
2.  Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, yaitu berusaha menjelaskan dan mendeskripsikan data apa adanya tentang objek penelitian yakni Budaya menyontek dan pengaruhnya terhadap prestasi.
B.  Defenisi Operasional Variabel
1.  Defenisi Operasional
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai variabel yang diteliti, maka dikemukakan batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
a.  Pelajar atau siswa adalah orang (anak) yang sedang
berguru (belajar, bersekolah)
b.  menyontek adalah perbuatan meniru, atau menjiplak pekerjaan orang lain sesuai dengan aslinya saat ujian yang menyalahi aturan atau pelanggaran yang terjadi saat ujian.
c.   prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai.
2.  Populasi dan Sampel
a.                        Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Indonesia.
b.                        Sampel 
Sampel adalah contoh, monster, represant atau wakil dari satu populasi yang jumlahnya cukup besar. Sampel dalam penelitian ini adalah Siswa SMA N 1 Makale Khususnya di kelas X 1.
C.                         Data dan Sumber Data
1.                                Data
Data dalam penelitian ini berupa informasi seputar budaya menyontek, penyebabnya, cara menanggulanginya serta pengaruhnya terhadap prestasi seorang siswa.
2.Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah :
a)  Data primer adlah data yang diperoleh langdung dari pembagian angket kepada beberepa responden.
b)  Data sekunder atau data tertulis adalah data yang diperoleh melalui buku-buku maupun halaman web yang relevan dengan objek penelitian.

D.                         Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.  Penelitian kepustakaan
Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan melalui tulisan berupa buku, artikel, dan sebagainya yang erat hubungannya dengan masalah yang dibahas. Hal ini dilakukan untuk menentukan pola pikir dan landasan yang ilmiah serta memperluas pengertian tentang masalah yang ada kaitannya dengan objek penelitian.
2.                                        Penelitian lapangan
Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengunjungi secara langsung lokasi penelitian yang ditentukan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh landasan empiris dan objektif dalam penelitian ini. Di samping itu juga untuk menghindari segala praduga yang salah. Dengan demikian semua isi pembahasan dan data dalam penelitian ini didasarkan atas fakta yang terjadi di lapangan dan dapat dijadikan data yang objektif serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

3.                                        Pencatatan
Dalam pencatatan ini, penulis mencatat hal-hal yang berhubungan dengan perilaku seks bebas di kalangan remaja, baik secara langsung maupun tidak langsung ke dalam buku catatan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Selanjutnya data yang telah dikumpulkan diperiksa kembali.
4.    Pembagian angket
Penulis membagikan angeket semi terbuka kepada responden.
E.   Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif berbentuk studi kasus dengan menggunakan triangulasi data, pengamat, teori dan metode.






BAB IV
PEMBAHASAN
  1.  PENYEBAB SISWA MENYONTEK
Banyak siswa yang tergiur untuk menyontek meskipun hanya sekali. Beberapa anak setelah menyontek sekali merasa bersalah dan tidak mengulanginya lagi, sementara beberapa anak yang lain bisa ketagihan dan merasa hal ini sangat berguna. Sayangnya, beberapa anak yang sudah mulai mencontek susah untuk berhenti.
Penyebab menyontek terbagi atas dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor eksternal adalah faktor dari luar yang turut mempengeruhi penyebab kebanyakan siswa menyontek.
1.       Faktor internal
a. Kurangnya kesadaran dari diri siswa
Kurangnya kesadaran diri dari setiap siswa menyebabkan perilaku menyontek sering dilakukan oleh kebanyakan siswa. Kesadaran dari diri siswa adalah hal yang paling utama, karena menyontek ini tidak akan dilakukan oleh siswa itu sendiri jika ia memiliki kesadaran dari dalam dirinya, kesadaran untuk membuktikan sejauh mana ia mendapatkan pengetahuan saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung di kelas.
 b. kurangnya persiapan sehingga percaya diri siswa berkurang.
Hal ini paling sering di alami oleh siswa yang tidak belajar saat akan menghadapi sebuah ujian atau test tertentu. Siswa yang tidak belajar saat akan menghadapi ujian atau test tertentu tentunya akan merasa kurang percaya diri dan kurang yakin akan kebenaran jawaban yang ia miliki, sehingga timbul dorongan ingin tahu akan jawaban yang benar yang kemudian menyebabkan kebanyakan siswa melakukan perilaku menyontek dengan berbagai cara agar mengetahui kebenaran jawaban dari soal yang diujikan.
c. Orientasi siswa pada nilai bukan pada ilmu
Kebanyakan siswa menganggap bahwa hal yang paling terpenting dalam belajar yaitu mendapatkan nilai setinggi-tingginya, sehingga target utama bagi kebanyakan siswa yaitu mendapatkan nilai yang setinggi-tingginya dengan cara apapun meskipun cara itu negatif dan mereka tidak mandapatkan ilmu sama sekali. Salah satu cara negatif yang mereka lakukan yaitu dengan menyontek.
d. Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk bertahan.
Seperti serigala yang memiliki insting untuk bertahan hidup, banyak siswa yang menjadikan menyontek sebagai hal yang biasa dan sudah menjadi bagian dari insting untuk bertahan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam hal  mempertahankan atau meraih prestasi belajar.
e. Merupakan bentuk pelarian/protes untuk mendapatkan keadilan.
Menyontek adalah salah satu bentuk protes yang dilakukan siswa meskipun tidak banyak yang melakukannya, hal ini disebabkan karena pelajaran yang disampaikan kurang dipahami atau tidak di mengerti, sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan yang diberikan oleh guru  .
f. memilah mata pelajaran
ada beberapa siswa yang  suka memilah berbagai mata pelajaran, maksudnya adalah memilih pelajaran yang menurutnya penting dan tidak penting. Tentunya jika ada mata pelajaran yang di anggap tidak penting akan menyebabkan semangat belajar  siswa tersebut akan menurun sehingga akan merasa acuh tak acuh terhadap pelajaran tersebut dan saat ujian akan menyebabkan siswa tersebut menyontek, karena tidak memilki persiapan.
  g. Terpengaruh oleh budaya instan
Di era global saat ini, kebanyakan orang atau mungkin  semua orang telah menganut gaya hidup instan, gaya hidup yang selalu mencari jalan keluar dengan cara yang mudah dan cepat.  Hal ini juga berlaku bagi kebanyakan siswa, dalam menghadapi ujian kebanyakan siswa mencari jalan keluar dengan cara yang cepat dan mudah yaitu dengan menyontek.
h. Lemahnya tingkat keimanan
Siswa yang memiliki tingkat keimanan yang lemah, tentunya akan mudah terpengaruh dengan bisikan-bisikan yang datang dari dalam dalam dirinya yang mendorongya untuk melakukan perilaku menyontek, meskipun tidak ada keinginan untuk menyontek tetapi saat melihat teman lain ikut menyotek, maka dorongan untuk menyontek itu timbul.
i. dorongan untuk meraih prestasi tinggi namun merasa sulit untuk menghafal dan sulit memahami pelajaran.
Banyak siswa yang sulit menghafal dan sulit memahami pelajaran ikut terdorong untuk melakukan perilaku menyontek, meskipun siswa tersebut sudah berusaha belajar namun karena sangat sulit untuk menghafal dan memahami pelajaran sehingga saat mengahadapi ujian cara satu-satunya yang ia lakukan untuk dapat menjawab soal yang diujikan yaitu dengan cara menyontek hal ini juga didasari oleh rasa takut untuk disaingi sehingga dengan cara apapun ia haris mendapatkan jawaban dari soal yang diujikan.
2.       Faktor eksternal
a.    Kurangnya Didikan Orang Tua
Orang tua merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Tumbuh kembang seorang anak pertama kali ditentukan dari apa yang ia dapatkan di rumah. Tak dapat dipungkiri bahwa hal ini juga turut memicu anak untuk menyontek karena kurangnya didikan dari orang tua dan teladan yang tepat. Orang tua juga biasanya cenderung memperlihatkan gaya hidup instan yang ditelan mentah-mentah oleh anak-anaknya dan salah satu diantaranya kecenderungan siswa Indonesia untuk menyontek. Pemaksaan kehendak oleh orang tua kepada anaknya untuk mendapatkan prestasi juga turut menyebabkan kebanyakan siswa menyontek, karena dengan demikian si anak akan terus terdorong untuk mendapatkan prestasi dengan cara apapun, salah satunya dengan menyontek.
b.    Faktor Guru
Guru juga turut mempengaruhi penyebab kebanyakan siswa menyontek. Kurangnya didikan dan pengawasan dari guru memeri peluang bagi sebagian siswa untuk menyontek. Banyak dan sulitnya soal yang diperhadapkan kepada siswa juga turut mendorong siswa untuk menyontek, alasannya daripada tidak menjawab dan harus remedial lebih baik menyontek.
c.    Sistem Pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar